Kegiatan tersebut berlangsung di masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (7/8) dan akan berlangsung hingga Sabtu, (11/8). Pesertanya adalah seribu anak jalanan yang berasal dari Jakarta, Depok, Tangerang, dan Ciputat.?
LAZISNU-PMII Gelar Pesantren Ramadhan Anak Jalanan (Sumber Gambar : Nu Online) |
LAZISNU-PMII Gelar Pesantren Ramadhan Anak Jalanan
Direktur Eksekutif LAZISNU Amir Ma’ruf hadir pada pembukaan kegiatan bertema Damainya Islam, Indahnya Ramadhan? menyatakan dukungannya atas kegiatan tersebut.?At Tijani Indonesia
“Ini paralel dengan program LAZISNU yaitu NUSmart, bertujuan membantu kalangan mustadh’afin,” ujarnya.?Amir menambahkan, kalau program-program formal sudah banyak pihak yang menggarap, sementara kegiatan pesantren Ramadhan untuk anak jalanan masih jarang.?
At Tijani Indonesia
Menurut Amir, membina anak jalanan seharusnya tidak dengan program “kembang api” yang selintas. Tapi harus berkelanjutan.?“Jadi, ibarat gamelan, “nang neng nong gung”. Setelah “gung” itu harus “nang neng nong” lagi. Tidak berhenti di “gung”, tapi harus terus berproses,” ucapnya.?
Melalui program NUSmart, sambung Amir, LAZISNU membina anak jalanan melalui Unit Penyalur Zakat Rumah Tahfidz yang berada di Bendungan Hilir, Jakarta. Ternyata anak jalanan juga bisa berprestasi jika ditangani dengan telaten.
“Di situ ada yang namanya Ujang Nurmansyah. Baru satu setengah tahun, ia sudah hapal 16 juz.”?
Tapi, menurut Amir, sayangnya anak jalanan selalu dianggap sebagai biang kekumuhan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan kota. Mereka sering disingkirkan, tanpa diselesaikan dengan pendekatan yang manusiawi.
Pesantren Ramadhan tersebut terselenggara atas kerjasama LAZISNU, PMII Komfakda ? dengan berbagai pihak di antaranya Yayasan Dian Nanda Nusantara yang diasuh Roostien Ilyas, dan para donatur.?
Menurut Ketua PMII Komfakda Zakki Zulhazmi, kegiatan tersebut diikuti anak-anak jalanan seusia kelas 4, 5, dan 6 SD, hingga SLTP.?
Zakki menambahkan, Pesantren Ramadhan ini menerapkan konsep membawa anak jalanan dalam proses ber-Islam yang menyentuh kehidupan mereka, seperti solidaritas, kebersamaan, semangat hidup dan serta mendorong untuk belajar dari kehidupan.?
“Materi ? yang disampaikan dengan komposisi 70 persen hiburan, sorak-sorai bergembira, karena itulah sebenarnya yang mereka butuhkan. Bukan materi-materi ajar seperti di pendidikan formal,” ujarnya.
Redaktur: Mukafi Niam?
Penulis ? ? : Abdullah Alawi?
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Budaya, Warta, Aswaja At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar