Tradisi "Malam Tirakatan" Tumbuhkan Semangat Persatuan

Posting Komentar
Solo, At Tijani Indonesia. Acara malam pitulasan atau yang biasa disebut “tirakatan” telah menjadi tradisi yang secara rutin telah digelar oleh warga Kota Solo. Malam tirakatan ini digelar di berbagai daerah di Solo guna memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus ajang muhasabah bagi masyarakat atas kondisi bangsa yang belakangan diguncang berbagai permasalahan.

Tradisi Malam Tirakatan Tumbuhkan Semangat Persatuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi Malam Tirakatan Tumbuhkan Semangat Persatuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi "Malam Tirakatan" Tumbuhkan Semangat Persatuan

Di sepanjang jalan Kentingan Kulon RW 11 Kelurahan Jebres, Solo, sejak sehabis Isya pada Jumat (16/8) malam, para warga mulai dari anak-anak hingga orang tua ramai-ramai berkumpul di jalanan. Sebuah panggung kecil yang berada di gang masuk RW 11 dihadirkan untuk memeriahkan acara HUT Kemerdekaan RI yang ke 68. Anak-anak bergantian naik ke atas panggung untuk menyanyikan lagu-lagu nasional.

“17 belas Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita,” dendang salah seorang anak dengan sedikit bergaya di atas panggung.

At Tijani Indonesia

Sebelum acara tirakatan dimulai, panitia lebih dulu mengumumkan pemenang lomba-lomba tujuh belasan yang diikuti oleh anak-anak warga RW 11. Hadiah pun dibagikan kepada mereka agar lebih semangat lagi dalam meramaikan kegiatan di kampungnya.

Pukul 20.30 WIB, pembawa acara membuka acara malam tirakatan. Lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan oleh semua warga yang hadir untuk menambah semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan warga.

At Tijani Indonesia

Dalam acara ini, salah seorang sesepuh RW, Suyanto membacakan sambutan dari kepemerintahan Kota Surakarta yang dibuat oleh walikota Solo FX Hadi Rudiyatmo.

“Mari junjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, semangat pesatuan dan kesatuan, dan gotong royong untuk mewujudkan Solo dan Indonesia yang wasis (berpendidikan), waras (sehat), wareg (cukup pangan), mapan dan papan (tempat tinggal),” ujarnya dalam sambutan pada malam itu.

Wasis, waras, wareg, mapan, dan papan merupakan slogan baru Kota Solo di era pemerintahan Rudi, walikota yang menggantikan Jokowi. Disebutkan juga dalam sambutannya, bahwa pentingnya sebagai warga negara untuk senantiasa mengingat jasa para pahlawan Indonesia yang telah berkorban mati-matian demi kemerdekaan bangsa dan negara. Dan mengajak untuk terus membangun kemajuan Indonesia bersama-sama.

Pada acara inti, Daryono, salah seorang tokoh masyarakat menyampaikan pidatonya dalam acara malam tirakatan ini. Ia menyampaikan bahwa pentingnya bela negara bagi setiap warga masyarakat Indonesia. Ia menegaskan bahwa tidak perlu melakukan hal-hal yang muluk-muluk untuk bela negara. Peduli dan bisa membangung lingkungannya sendiri itu lebih mulia. “Tidak usah ngurusi yang jauh-jauh dulu, lebih baik urusi tetangga dan lingkungan kita yang masih banyak membutuhkan bantuan,” tuturnya kepada para warga.

Selain itu ia juga menambahkan pentingnya menjaga kerukunan sesama tetangga untuk turut serta menciptakan kerukunan di Indonesia. Menurutnya, jika kerukunan antar tetangga saja belum bisa dibangun apalagi mau menciptakan kerukunan yang lebih besar lagi.

“Seberapa tinggi jabatannya, seberapa tinggi pendidikannya, seberapa kaya hartanya, yang akan dilihat adalah hubungan kepada tetangganya,” pungkasnya.

Acara pada malam hari itu ditutup dengan doa untuk negeri. Selesai acara semua warga mendapatkan makanan yang telah disajikan oleh panitia yang sejak pagi harinya telah menyiapkan masakan untuk semua warga RW 11.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ahmad Rodif Hafidz

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Ulama, Bahtsul Masail At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar