Sempat Terhenti, Pesantren Kiai Sekar Al Amri Probolinggo Bangkit dengan Memadukan Metode Salafiyah-Modern

Posting Komentar
Probolingo, At Tijani Indonesia. Pesantren Kiai Sekar Al Amri di Desa Sumberkedawung Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo mengembangkan pendidikan yang berpadu antara salafiyah dan modern. Tidak hanya ingin menciptakan santri yang pandai berdakwah saja, namun pengasuh pesantren juga ingin sosok santri itu cerdas secara intelektual.

Hal itu terlihat dari lengkapnya pendidikan formal yang berada di kawasan pesantren. Mulai dari TK Islam Terpadu, SD Islam Terpadu, SMP Islam Terpadu dan SMA Islam Terpadu. Saat ini pesantren tersebut memiliki santri mencapai 600 orang, dan separuhnya merupakan santri bermukim.

Pesantren Kiai Pesantren Kiai Sekar Al Amri memiliki sejarah yang panjang. Didirikan sejak tahun 1850 oleh Kiai Muhtadin atau lebih dikenal dengan Kiai Sekar. Sempat vakum karena tidak ada garis keturunan laki-laki, namun kembali aktif pada tahun 1965. Adalah Kiai Muhammad Suhud yang kembali mengaktifkan pesantren tersebut. Kiai Suhud merupakan ayah Kiai Abdullah Zamroni pengasuh sekaligus ketua yayasan pendidikan saat ini. ?

Sempat Terhenti, Pesantren Kiai Sekar Al Amri Probolinggo Bangkit dengan Memadukan Metode Salafiyah-Modern (Sumber Gambar : Nu Online)
Sempat Terhenti, Pesantren Kiai Sekar Al Amri Probolinggo Bangkit dengan Memadukan Metode Salafiyah-Modern (Sumber Gambar : Nu Online)

Sempat Terhenti, Pesantren Kiai Sekar Al Amri Probolinggo Bangkit dengan Memadukan Metode Salafiyah-Modern

“Pesantren ini sempat vakum setelah generasi kedua, karena tidak ada garis keturunan laki-laki. Baru ketika ayah dewasa tahun 1965, diaktifkan kembali. Kemudian pada tahun 1998, pesantren ini berganti nama menjadi Pesantren Kyai Sekar Al Amri,” kata Kiai Zamroni, Selasa (14/6).

Zamroni sendiri sejak tahun 2010 menjadi ketua yayasan di pesantren ini. Sejak awal anak ketiga dari lima bersaudara ini fokus untuk bidang pendidikan. “Kalau dihitung dari segi usia, pesantren ini tergolong pesantren tua. Namun semakin lama kami juga mengikuti perkembangan zaman. Awalnya pesantren ini merupakan pesantren salaf,” jelasnya.

At Tijani Indonesia

Kiai yang pernah mondok di Pondok Jauhari Kabupaten Jember ini mengaku ingin menyandingkan konsep pendidikan salaf dengan pendidikan modern. “Sejak pukul 07.00 sampai pukul 15.00 dilangsungkan kegiatan sekolah. Setelah itu, baru kegiatan pondok dilakukan seperti Tanfidz Qur’an,” tegasnya.

Pendidikan Al-Qur’an telah diajarkan sejak usia dini. Sejak TK diajarkan hafalan surat-surat pendek. Kemudian, masuk jenjang SD diajarkan hafalan juz Amma atau juz 30. Baru pada jenjang pendidikan SMP, santri diarahkan untuk menghafalkan Al-Qur’an.

Perkembangan zaman pun diikuti oleh pesantren ini. Pengasuh serta guru-guru tidak menafikkan pentingnya prestasi akademik bagi siswa. “Sosok santri Al Amri diharapkan menpunyai kepribadian Islam, intelektual serta mandiri. Namun yang paling penting tujuan pondok pesantren adalah mencetak pendakwah-pendakwah,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia

At Tijani Indonesia Hadits, Sejarah At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar