Pangeran Diponegoro Tentukan Tempat untuk Makam Dirinya

Posting Komentar
Gorontalo, At Tijani Indonesia. Ekspedisi Islam Nusantara di hari kedua di Makassar, Sulawesi Selatan diawali dengan berziarah di makam Pangeran Diponegoro. Pejuang dari tanah Jawa ini meninggal jauh dari kampung halamannya karena melawan penjajah Belanda yang dalam sejarah dikenal Perang Jawa pada tahun 1825 sampai 1830.

Pangeran Diponegoro Tentukan Tempat untuk Makam Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)
Pangeran Diponegoro Tentukan Tempat untuk Makam Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)

Pangeran Diponegoro Tentukan Tempat untuk Makam Dirinya

Setelah melakukan tahlilan di makam tersebut, Ekspedisi Islam Nusantara yang dipimpin Wakil Sekretris Jenderal PBNU Imam Pituduh ini mewawancarai juru kunci makam tersebut, Irhamsyah Diponegoro.

Menurut Irham, Pangeran Diponegoro dimakamkan di Makassar karena keinginan dia sendiri. Setelah bertahun-tahun ditahan Belanda, suatu ketika, Pengeran Diponegoro sakit. Sakit ini sepertinya dia punya firasat bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Karena itulah dia meminta izin kepada Belanda untuk mencari tempat dimana ia akan dikuburkan kelak.

At Tijani Indonesia

Pangeran Diponegoro, lanjut Irham, kemudian meminta izin kepada Belanda selama tiga hari untuk mencari tempat yang cocok untuk peristirahatan terakhirnya. “Saya ingin tahu masyarakat ini, bangsawan ini,” katanya mengibaratkan perkataan Pangeran Diponegoro kepada Belanda di kompleks pemakaman Pangeran Diponegoro, Senin (23/5).

At Tijani Indonesia

Belanda, lanjut keturunan generasi kelima pangeran tersebut, mengizinkan permintaan Pangeran Diponegoro. Tapi ia tidak dibiarkan bebasa berjalan sendirian, melainkan dikawal opsir Belanda.

Setelah berkeliling tiga hari, akhirnya Pangeran Diponegoro menemukan perkampungan orang-orang Melayu bernama Jerak. Setelah itu, ia kembali ke Rotterdam. Di situ ia berpesan kepada kepada anak istrinya, apabila di kemudian hari ia meninggal, jasadnya tidak usah dipulangkan ke kampung halaman. Makamkan saja di Jerak.

Ketika Pangeran Diponegoro meninggal, awalnya Belanda mau mengirimkan jasadnya ke Yogyakarta, tapi anak istrinya menolaknya. Kemudian, anak istrinya pun tidak bisa pulang ke Jawa. Mereka harus tinggal di Makassar dalam pengawasan Belanda.

Selepas berziarah ke makam Pangeran Diponegoro, Ekspedisi Islam Nusantara kemudian melakukan wawancara dengan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Arifin Numang. Lalu ke benteng Somba Opu dan diakhiri ke Museum Karaeng Pattilanggoang. Keesokan harinya, menyaksikan ragam kesenian Sulawesi Selatan di Universitas Islam Makassar. kemudian bertolak ke Gorontalo.(Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Khutbah At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar