Di pondok pesantren yang diasuh Kiai Ahmad Choirul Anam itu ada beberapa mantan preman. Di antara mereka, selain berambut panjang, ada yang bertato.
"Di bulan Ramadhan ini dapat hidayah, saya ingin insaf," ujar salah seorang preman, Rio, dari Terminal Rajekwesi Bojonegoro.
Kisah Preman Insaf Di Bulan Ramadhan
Diceritakan Rio, kalau sebelum insaf, ia banyak melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak pantas disebutkan.Kemudian setelah kenal Abah Choir (panggilan Ahmad Choirul Anam) yang mengadakan pengajian rutin di terminal kepada anak-anak jalanan dan penghuni terminal, ia berubah.
"Panjang ceritanya bisa insaf. Saya mau ke pondok karena kenal beliau. Abah sampai ngelawang door to door," ungkapnya di masjid Pondok Ceweng setempat.
Ditambahkan, selain belajar agama dan puasa, ia juga mendirikan Sanggar Putra Bima untuk mewadahi anak jalanan agar mengisi kegiatan-kegiatan yang positif.
Preman insaf lainnya, Puguh, asal Kelurahan Pandigiling Kecamatan Sawahan Surabaya Selatan. Ia mengaku sekitar setahun di pondok tersebut. Dengan kaki, tangan, dada dan dahi bertato, ia tetap belajar ilmu agama meski atas keinginan kakaknya.
"Dulu nakal banget, Mas; preman, minum, mencuri uang, dadu dan lainnya pernah," ungkap remaja berusia 24 tahun itu. Selama di Pondok Ceweng, ia diajari banyak hal termasuk kebersihan dan mengaji.
Pengasuh pondok pesantren Al-Asy'ari Ahmad Choirul Anam menuturkan, di tempatnya ada lima preman yang insaf dan mau belajar mengaji. Orang berniat baik itu, sudah insaf, tetapi harus diiringi dengan perbuatan-perbuatan baik.
"Ada lima preman yang insaf di bulan Ramadhan ini, kebanyakan dari terminal Bojonegoro. Tahun lalu juga ada, sekarang sudah kembali di tengah-tengah masyarakat," jelasnya.
Awalnya Abah Choir tidak serta-merta langsung mengajak berbuat baik. Ia mendekati mereka perlahan-lahan dengan memberikan pengajian dan pengetahuan yang baik-baik. Setelah mau ke pondok dan mengaji, mereka juga diajak berpuasa saat bulan Ramadhan sekarang ini.
"Di pondok mereka diajari tentang lingkungan, sikap dan etika. Supaya nanti bisa kembali di masyarakat dan bermanfaat," pungkasnya. [M. Yazid/Abdullah Alawi]
Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/60292/kisah-preman-insaf-di-bulan-ramadhan
Posting Komentar
Posting Komentar