?
الØمد لله, الØمد لله الذى أعد للمؤمÙ? Ù? Ù? والمؤمÙ? ات جÙ? ات تجرى Ù…Ù? تØتها الاÙ? هار Ø£Øمده سبØاÙ? الله تعالى وأشكره على Ù? عمه الغزار, وأشهد Ø£Ù? لااله الا الله ÙˆØده لاشرÙ? Ùƒ له الملك العزÙ? ز الغÙار, وأشهد Ø£Ù? سÙ? دÙ? ا ÙˆÙ? بÙ? Ù? ا Ù…Øمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك Ù…Øمد Ù? ور الاÙ? وار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصØابه الاخÙ? ار ومÙ? تبعهم باØساÙ? الى Ù? وم القرار. اما بعد.
Delapan Bahaya Hasud (Iri-Dengki) (Sumber Gambar : Nu Online) |
Delapan Bahaya Hasud (Iri-Dengki)
ÙÙ? امعاشر المسلمÙ? Ù? رØمكم الله أوصÙ? كم ÙˆÙ? Ùسى بتقوى الله وقد Ùاز المتقوÙ? واØثكم على طاعته لعلكم تÙÙ„ØÙˆÙ?? Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersam-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Salah satu caranya dengan mengurangi berbagai macam sifat tercela yang telah mengendap dalam hati dan telah terbiasa mendiami hati manusia, terutama sifat hasud. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah saw bahwa hasud dapat merusak semua amal baik manusia, sebagaimna api melahap kayu bakar.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
At Tijani Indonesia
Hasud merupakan salah satu penykait hati yang paling susah dihindari oleh manusia. Hasud dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan istilah dengki atau iri hati. Akan tetapi dalam kenyataan hidup ini, hasud tidaklah sesingkat keterangan linguistis tersebut. Karena, bisa jadi hasud memiliki kekayaan dalam bentuk praktis tak terhingga. Dan hasud juga memiliki dampak yang luar biasa, secara fisik maupun psikis. Tidak hanya terbatas dalam ranah kehidupan sacral (agama), tetapi juga dalam realita kehidupan yang profane.Ibarat kata, hasud bagaikan setitik nila yang dapat menyebabkan rusaknya susu sebelanga. Demikianlah gambaran ? kecilnya hasud yang memiliki dampak sangat besar. Bagaimana tidak, karena hasud dapat merusak berbagai pahala amal kebaikan. Pahala mengaji, shalat, puasa, haji, juga pahala umrah semuanya kebakar ludes oleh dosa hasud. Sebagaimana api merusak kayu bakar. Demikianlah cara kerja hasud merusak segala macam amal kebaikan.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
At Tijani Indonesia
Hasud biasa berawal dari rasa ketidak sukaan seseorang kepada orang lain. Kemudian ketidak sukaan ini bertambah ketika orang lain tesebut mendapatkan nikmat atau kesenangan, hingga akhirnya muncullah keinginan untuk merusak bahkan melenyapkan kenikmatan tersebut dari orang lain itu.Ada delapan bahaya hasud yang diterangkan dalam kitab Thariqah Muhammadiyah.
Pertama, Ø¥Ùساد الطاعة Ifsadut tho’at. Bahwa hasud itu merusak keta’atan kepada Allah. Mislakan seorang pedagang yang jujur yang tidak pernah berbohong, bahkan ia seorang yang rajin beribadah, menyempatkan waktu untuk shalat di tengah kesibukannya. Tiba-tiba datanglah pedagang baru yang menyainginya dengan modal yang berlimpah. Maka ketika pedagang yang ta’at ini berusaha melakukan perlawanan yang tidak sehat dengan tujuan menghentikan lawannya, maka dia telah terkena penyakit hasud. Biasanya ia akan melakukan apapun demi mendapatkan keuntungan lebih besar. Sehingga ia melupakan kaedah berdagang yang baik.
Kedua, bahaya hasud adalah ? الإÙضاء الى Ùعل المعاصى al-Ifdha’u ila fi’lil ma’ashi, yaitu membuka pintu terjadinya makshiat. Bahwa I hasud biasanya membutuhkan pertolongan orang lain untuk menghilangkan nikmat orang yang dihasudi. Secara otomatis si hasud akan menarik orang lain melakukan kemaksiatan bahkan juga kejahatan. Misalkan meminta bantuan dukun, meminta bantuan preman atau meminta bantuan orang lain untuk melakukan fitnah dan seterusnya.
Ini berarti perasaan hasud menyeret orang lain melakukan makshiat. Bahkan akan menambah makshiat dirinya sendiri, karena ketika si hasud meminta bantuan kepada orang lain, ia akan menggunakan berbagai macam cerita dan mengarang kebohongan, bukankah ini merupakan makshiat baru?
Bahaya hasud yang Ketiga adalah,ØرماÙ? الشÙاعة ? ? hirmantus syafa’ah, yaitu menghalangkan diri dari syafaat besok di hari kiamat. Artinya, orang yang selama hidupnya melakukan hasud walaupun memiliki amal tidak akan mendapatan syafaat dari Rasulullah saw.
Keempat, hasud dapat menyebabkan orang masuk neraka (duhulun nar). Bahaya keempat ini merupakan dampak dari berbagai bahaya yang lain. Secara otomatis orang yang amalnya telah terhapus dan tidak mendapatkan syafaat dari manapun, maka dapat dipastikan bahwa nerakalah tempatnya kelak.
Kelima, الإÙضاء الى ضرار غÙ? ره al-ifdha’ ila dharari ghairihi. Bahwa hasud dapat membahayakan orang lain. Hal ini sering terjadi karena orang akan berusaha semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan melenyapkan nikmat yang dihasudi. Ini biasanya akan membawa-bawa orang lain. Sebagaimana hasud menyeret orang lain untuk melakukan makshiat.
Misalnya, untuk menjatuhkan saingan bisnis yang selama ini telah mapan dalam kepailitan, orang yang hasud akan menggunakan berbagai macam cara. Diantaranya membuat fitnah melalui berbagai media yang ia suarakan lewat mulut orang lain. Sehingga pemilik mulut itulah yang akhinya terkena imbasnya.
Bisa juga orang yang hasud itu dengan sengaja ingin menghilangkan kenikmatan orang lain dengan cara membakar rumah orang tersebut ketika tidur. Padahal di dalam rumah itu ada pembantu dan keluarga lainnya. Secara otomatis mereka yang tidak tahu-enahu urusan ikut menjadi korban.?
Bahaya keenam adalah, ? التعاب والهم Ù…Ù? غÙ? ر Ùائدةat-ta’ab wal ham min ghairi faidatin. Artinya orang yang hasud selalu disibukkan dengan masalah yang tidak ada faedahnya dan juga dirundung kesedihan yang tidak terbatas. Misalkan orang yang merasa hasud dengan tetangga yang membeli mobil, maka ia akan selalu kepikiran bagaimana caranya membeli mobil seperti tetangga sebelah, atau bagaimana caranya agar mobil tetangga sebelah itu cepat rusak. Maka berulahlah dia dengan melakukan berbagai intrik yang menyibukkan dirinya sendiri. Padahal, yang demikian itu tidak pernah dipikirkan oleh tetangga sebelah.
Parahnya lagi, sebelum si hasud berhasil merusak mobil ternyata tetangga sebelah sudah menukar mobil itu dengan mobil yang lebih baru dan lebih canggih. Maka berpikirlah si hasud dengan intriknya lagi, disibukkanlah dia dengan berbagai pikiran yang menyedihkan hati dan tidak pernah berhenti.
Ketujuh, ? أعمى القلب Øتى Ù? كاد لاÙ? Ùهم Øكما Ù…Ù? الله ‘amal qalbi hatta yakada la yafhamu hukman min ahkamillahi ta’ala. Hasud akan menyebabkan seseorang buta hatinya dan tidak mempedulikan lagi aturan syariat dan hukum Allah swt. Mata hati si hasud telah buta, sehingga ia tidak peduli bahwa orang yang dihasudi, yang hendak direbut kenikmatannya adalah saudara sendiri, teman sendiri, sahabat, keluarga sendiri, bahkan juga orang tua sendiri. Begitu pekatnya rasa kebencian dalam hati itu sehingga menutup mata dari pemahaman agama. Si hasud tidak lagi dapat mengenali hukum Allah, ia tidak peduli lagi dengan ancaman Allah bagi orang yang durhakan, menghianati atau memfitnah keluarga sendiri.
Banyak sekali contoh yang menunjukkan betapa sengitnya persaingan dunia bisnis biasa terjadi antar saudara (adik-kakak) dalam satu keluarga. Karena hasud, kawan bisa menjadi lawan dan saudara bisa menjadi terdakwa.
Terakhir, yang kedelapan adalah ? الØرماÙ? والØذلاÙ? alhirmanu wal hidzlanu. Bahwa hasud itu akan menjadikan seseorang terhalang dari keberhasilan. Artinya, si hasud akan semakin menjauhi diri dari kesuksesan. Meskipun si hasud berhasil mencelakai orang lain tetapi ia sama sekali tidak puas. Bahkan ia akan semakin merasa jauh dari keberhasilan. Sebagaimana orang yang semakin haus karena minum air laut.
Demikianlah hutbah jum’ah kali ini semoga Allah swt menjaga hati kita menjauhi hasud dan beberapa penyakit hati lainnya yang sangat merugikan.
بَارَكَ الله٠لÙÙ? Ù’ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙ? Ù’ اْلقÙرْآÙ? ٠اْلعَظÙÙ? ْم٠وَÙ? ÙŽÙَعَÙ? ÙÙ? ÙˆÙŽØ¥Ù? َّاكÙمْ Ùبمَا ÙÙÙ? ْه٠مÙÙ? ÙŽ اْلآÙ? اَت٠وَالذكْر ÙالْØÙŽÙƒÙÙ? ْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙÙ? ÙÙ‘Ù? ÙˆÙŽÙ…ÙÙ? ْكÙمْ تÙلاَوَتَه٠إÙ? َّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙÙ? ْع٠اْلعَلÙÙ? ْمÙ
Khutbah II
اَلْØَمْد٠لله٠عَلىَ اÙØْسَاÙ? Ùه٠وَالشÙّكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙÙ? ْقÙه٠وَاÙمْتÙÙ? َاÙ? ÙÙ‡Ù. وَاَشْهَد٠اَÙ? Ù’ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَالله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙÙ? ْكَ لَه٠وَاَشْهَدÙ? اَÙ? ÙŽÙ‘ سَÙ? ÙّدَÙ? َا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ اÙلىَ رÙضْوَاÙ? ÙÙ‡Ù. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَÙ? ÙّدÙÙ? َا Ù…ÙØَمَّد٠وÙعَلَى اَلÙه٠وَاَصْØَابÙه٠وَسَلÙّمْ تَسْلÙÙ? ْمًا ÙƒÙØ«Ù? ْرًا
اَمَّا بَعْد٠ÙÙŽÙ? اَ اَÙ? Ùّهَا الÙ? َّاس٠اÙتَّقÙوااللهَ ÙÙÙ? ْمَا اَمَرَ وَاÙ? ْتَهÙوْا عَمَّا Ù? ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰? وَاعْلَمÙوْا اَÙ? ÙŽÙ‘ اللهّ اَمَرَكÙمْ بÙاَمْر٠بَدَأَ ÙÙÙ? ْه٠بÙÙ? ÙŽÙْسÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ«ÙŽÙ€Ù? ÙŽÙ‰ بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙÙ? ÙŽÙ‘ اللهَ وَمَلآ ئÙكَتَه٠Ù? ÙصَلÙّوْÙ? ÙŽ عَلىَ الÙ? َّبÙÙ‰ Ù? Ø¢ اَÙ? Ùّهَا الَّذÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ آمَÙ? Ùوْا صَلÙّوْا عَلَÙ? ْه٠وَسَلÙّمÙوْا تَسْلÙÙ? ْمًا. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَÙ? ÙّدÙÙ? َا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَÙ? ْه٠وَسَلÙّمْ وَعَلَى آل٠سَÙ? ÙّدÙÙ? اَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَÙ? ْبÙÙ? آئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ وَارْضَ اللّهÙÙ…ÙŽÙ‘ عَÙ? ٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ اَبÙÙ‰ بَكْرÙوَعÙمَروَعÙثْمَاÙ? وَعَلÙÙ‰ وَعَÙ? Ù’ بَقÙÙ? َّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ وَتَابÙعÙÙ? التَّابÙعÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَاÙ? ٠اÙÙ„ÙŽÙ‰Ù? َوْم٠الدÙÙ‘Ù? Ù’Ù? ٠وَارْضَ عَÙ? َّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ Ù? َا اَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ
اَللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ? ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ وَاْلمÙؤْمÙÙ? َات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØÙ’Ù? آء٠مÙÙ? ْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اَعÙزَّ اْلاÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°ÙÙ„ÙŽÙ‘ الشÙّرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ وَاÙ? ْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙّدÙÙ? َّةَ وَاÙ? ْصÙرْ Ù…ÙŽÙ? Ù’ Ù? َصَرَ الدÙÙ‘Ù? Ù’Ù? ÙŽ وَاخْذÙلْ Ù…ÙŽÙ? Ù’ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ ÙˆÙŽ دَمÙّرْ اَعْدَاءَالدÙÙ‘Ù? Ù’Ù? ٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ اÙÙ„ÙŽÙ‰ Ù? َوْمَ الدÙÙ‘Ù? Ù’Ù? Ù. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ ادْÙَعْ عَÙ? َّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ? ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْÙ? َة٠وَاْلمÙØÙŽÙ? ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…ÙÙ? ْهَا وَمَا بَطَÙ? ÙŽ عَÙ? Ù’ بَلَدÙÙ? َا اÙÙ? ْدÙÙˆÙ? ÙÙ? ْسÙÙ? َّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَاÙ? ٠اْلمÙسْلÙÙ…ÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ عآمَّةً Ù? َا رَبَّ اْلعَالَمÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ. رَبَّÙ? َا آتÙÙ? اَ ÙÙÙ‰ الدÙÙ‘Ù? Ù’Ù? َا ØَسَÙ? َةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠ØَسَÙ? َةً ÙˆÙŽÙ‚ÙÙ? َا عَذَابَ الÙ? َّارÙ. رَبَّÙ? َا ظَلَمْÙ? َا اَÙ? Ù’ÙÙسَÙ? َاوَاÙÙ? Ù’ لَمْ تَغْÙÙرْ Ù„ÙŽÙ? َا وَتَرْØَمْÙ? َا Ù„ÙŽÙ? ÙŽÙƒÙوْÙ? ÙŽÙ? ÙŽÙ‘ Ù…ÙÙ? ÙŽ اْلخَاسÙرÙÙ? Ù’Ù? ÙŽ. عÙبَادَالله٠! اÙÙ? ÙŽÙ‘ اللهَ Ù? َأْمÙرÙÙ? َا بÙاْلعَدْل٠وَاْلاÙØْسَاÙ? Ù ÙˆÙŽØ¥ÙÙ? ْتآء٠ذÙÙ‰ اْلقÙرْبىَ ÙˆÙŽÙ? ÙŽÙ? ْهَى عَÙ? ٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙÙ? ْكَر٠وَاْلبَغْÙ? Ù? َعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْÙ? ÙŽ وَاذْكÙرÙوااللهَ اْلعَظÙÙ? ْمَ Ù? َذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù? ÙعَمÙÙ‡Ù Ù? َزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠اَكْبَرْ
?
Redaktur: Ulil Hadrawy. ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? `
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Santri At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar