Nyai Rifah, 50 Tahun Berkiprah di NU

Posting Komentar
Grobogan, At Tijani Indonesia. Berkiprah di masyarakat hingga puluhan tahun merupakan tugas yang tak mudah. Tetapi, berat bukan berarti mustahil. Seperti Nyai Rifah, kader NU Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Perempuan kelahiran 1950 ini menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk berjuang di organisasi NU.

Nyai Rifah, 50 Tahun Berkiprah di NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Nyai Rifah, 50 Tahun Berkiprah di NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Nyai Rifah, 50 Tahun Berkiprah di NU

Beberapa hari yang lalu, At Tijani Indonesia berkomunikasi dengan Nyai Rif’ah Muslih, yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Pimpinan Aanak Cabang Muslimat NU Tawangharjo. Saat berbincang, ia menuturkan perjalanan awal kiprahnya di NU.

Pasa usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1964, ia masuk ke salah satu badan otonom NU, yakni Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Di situlah ia mengawali gerakannya sebagai Ketua IPPNU menggantikan seniornya, Masfuah, yang meninggal di usia muda.

At Tijani Indonesia

Ia menambahkan, dahulu di Kecamatan Tawangharjo belum terbentuk IPPNU, lalu KH Ghazali Masruri yang sekarang menjabat KetuaPengurus Pusat LFNU (Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama) merintisnya dalam menyerahkan tongkat amanah IPPNU pertama kali kepada adik kandungnya, Masfuah.

Nyai Rif’ah menjalankan tongkat estafet kepemimpinan di IPPNU cukup lama. “Selama sepuluh tahun saya berkecimpung di IPPNU Anak Cabang Tawangharjo hingga akhirnya pada tahun 1974 M, saya diamanati untuk memimpin Fatayat NU Ancab Tawangharjo,” terangnya.

At Tijani Indonesia

Di Fatayat NU ini, lanjut Nyai Rif’ah, merupakan peningkatan level untuk menelurkan ide-ide baru dalam memperjuangkan Islam yang berfaham Ke-NU-an ala Ahlis Sunnah Waljama’ah, imbuhnya.

Dengan ketekunan dan kecakapannya, hingga suatu saat ia diminta untuk naik jabatan ke tingkat kabupaten sebagai Ketua Pimpinan Cabang Fatayat NU Grobogan dan menanggalkan kepemimpinannya di anak cabang (Ancab) Tawangharjo pada tahun 1984 M.

Selama satu periode (1984-1989 M) ia memimpin PC Fatayat NU Grobogan. Setelah itu, ia lebih memilih kembali berjuang di anak cabang Tawangharjo dengan berbagai alasan yang mendasar.

“Saat itu, mencari kader Fatayat di kecamatan sangat sulit, berbeda dengan memupuk kader di tingkat Kabupaten. Itulah di antara yang menjadi alasan mendasar mengapa saya lebih memilih kembali memimpin Ancab Tawangharjo,” ujarnya.

Sekembalinya menjabat di Fatayat NU Ancab Tawangharjo, ia berjuang di dalamnya? selama lima tahun (1989-1994 M). Pada tahun 1994 inilah ia baru mulai berkiprah di PAC Muslimat NU Tawangharjo dengan menduduki sebagai Ketua 1, menggantikan Sikah Aidah.

Perjalanannya tidak putus-putus, selama 20 tahun (1994-2014), ia tetap konsisten dalam memperjuangkan islam NU lewat wadah Muslimat NU.

Ikhlas Berjuang

Dalam menjalankan amanah haruslah dikaitkan dengan niat yang ikhlas. Pasalnya, suatu amal tidak akan bernilai kecuali dengan memurnikan hati. Saat At Tijani Indonesia, bercakap mengenai alasan mengapa ia tetap berdiri khidmah di tubuh NU, ia menjawab, “Ini sudah panggilan hati, yang namanya berjuang tanpa ada niat dan tekad kuat maka akan terasa berat. Beda halnya kalau sudah panggilan hati,”ungkapnya.

Yang nama berjuang, lanjut Rif’ah, harus rela berkorban baik dengan anfus (jiwa) maupun maal (harta). “Berkorban pikiran, waktu, dan harta merupakan kesenangan tersendiri, karena terasa hidup ini ada manfaatnya,”tambahnya.

“Banyak berkah yang saya dapat ketika menjalankan amanah ini,” pungkasnya. (Asnawi Lathif/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Jadwal Kajian, Hadits At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar