Mahasiswa Tak Cukup Hanya Cerdas, Tetapi Harus Terampil

Posting Komentar
Jakarta, At Tijani Indonesia. Perolehan nilai akademik para mahasiswa bukan satu-satunya tujuan utama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Ada kompetensi yang diharapkan dikuasai mahasiswa.?

Hal tersebut disampaikan Dosen Psikologi Univesritas Nahdlatulu Ulama Indonesia (Unusia), dalam kuliah umum bertemakan “Aplikasi Psikologi Pendidikan dan Masa Depan Pendidikan Tinggi di Indonesia” di Aula Utama Unusia Jakarta Pusat, Kamis (17/11).

Mahasiswa Tak Cukup Hanya Cerdas, Tetapi Harus Terampil (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa Tak Cukup Hanya Cerdas, Tetapi Harus Terampil (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa Tak Cukup Hanya Cerdas, Tetapi Harus Terampil

“IP (Indeks Prestasi) yang tinggi memang harapan semua mahasiswa, tetapi itu saja tidak cukup. Ada faktor yang sangat penting dari sekedar itu. Ada kompetensi apa yang diharapkan dari pendidikan tinggi, yaitu kemampuan apa yang mahasiswa miliki,” terang Solichah.

Pendidikan di perguruan tinggi, lanjut Solichah, selain bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif, juga mengembangkan cara serta kualitas berpikir. Untuk itu pengelola pendidikan tinggi serta peserta didik harus berupaya bagaimana mengelola dan mencapainya.

At Tijani Indonesia

Solichah menyebut bila berbicara tentang pendidikan maka berbicara bagaimana proses pembelajaran, dan hal itu melibatkan banyak sekali faktor. Diantaranya kondisi sosial, kognitif mahasiswa, perilaku dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut berlaku di sepanjang kehidupan setiap orang, dalam hal ini peserta didik (mahasiswa).?

Beberapa hal yang penting diperhatikan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik adalah motivasi intrinsik, personal skill (keterampilan pribadi), berpikir kreatif dan inovatif, dan self management (manajemen diri).

Motivasi intrinsik sangat penting karena diperlukan dalam menghadapi setiap perubahan serta perkembangan jaman di depan kita. “Kita biasa memotivasi orang lain, tetapi susah memotivasi diri sendiri. Itu sebabnya motivasi terhadap diri sendiri sangat dipelukan.”

Solichah lalu menyebut contoh ada beberapa orang bila berkesempatan maju di depan forum, mengatakan, “Saya sebenarnya tidak pantas berdiri di depan.”?

Seharurnya hal seperti itu tidak disampaikan. “Tetapi yang baik adalah mengatakan ‘Saya bersyukur bisa berdiri di sini’ karena hal itu bisa menjadi motivasi orang tersebut,” kata Solichah.?

At Tijani Indonesia

Mahasiswa juga harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kebebasan mereka untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.?

“Sering kali di dalam kelas ketika mahasiswa diberi kesempatan bertanya atau berpendapat banyak yang belum terbuka. Mereka masih malu seaakan-akan tidak mau menerima tantangan. Oleh karena itu harus dibangun apa yang dilakukan siswa dan dosen supaya berpikir dan bersikap kreatif,” tambah Solichah.

Berpikir kretaif diperlukan yaitu bagaimana berpikir fleksibel dari berbagai sudut pandang, tidak hanya satu aspek. Setiap menghadapi masalah kiranya dapat ditinja dari berbagai aspek.

Terkait dengan manajemen diri, berdasarkan penelitian menunjukkan mahasiswa di Indonesia manajemen diri mereka masih rendah. Parahnya pengawasan dan evaluasi akan hal tersebut juga tidak dilakukan.

“Selain itu dibutuhkan juga kemampuan memprediksi, memecahkan masalah, inisiatif dan inovatif. Sehingga dalam perkuliahan didapatkan juga berbagai keterampilan yang kita butuhkan dalam ‘hutan rimba’ sesunggunya yang penuh dengan berbagai macam problem, komunitas dan sebagainya,” tegas Solichah. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Pesantren, Halaqoh, Kyai At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar