Keberadaan pesantren ini cukup dibutuhkan oleh warga sekitar. Sebab, berdirinya pesantren ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan warga, khususnya di bidang agama.
Dari Bromocorah, Pendidikan Formal Hingga Pengembangan IT (Sumber Gambar : Nu Online) |
Dari Bromocorah, Pendidikan Formal Hingga Pengembangan IT
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah KH Jawahirul Kalamiyah mengisahkan, dulunya pesantren ini banyak dihuni oleh bromocorah (sebutan untuk orang-orang sejenis maling, brandal dan lain sebagainya).“Mereka sering melakukan kegiatan negatif seperti mengadu sapi, sabung ayam, hingga lokalisasi. Sehingga praktis relatif tidak ada sisi positif dari kawasan ini,” ungkapnya.
At Tijani Indonesia
Kiai Jawahir sendiri merupakan pengasuh generasi keempat. Pesantren ini didirikan oleh KH. Mahfud Suriah pada tahun 1940 silam. Dimana pada saat awal berdirinya hanyalah berupa sebuah masjid. Masjid inipun didirikan karena atas dorongan sejumlah ulama sepuh. Setelah masjid ada, didirikan pula madrasah diniyah.Setahun setelah berdiri, datanglah seorang santri yang berasal dari Desa Liprak Wetan Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Santri pertama ini merupakan rekomendasi dari KH Khozin Irsyad dari Desa Bladu Lor Kecamatan Banyuanyar yang merupakan guru Kiai Mahfud Suriah. Tiga tahun kemudian, santrinya bertambah menjadi 25 orang putra dan putri.
At Tijani Indonesia
Kiai Jawahir menuturkan, dalam kurun waktu antara tahun 1950 hingga 1990, pesantren ini berkembang cukup pesat. Dari sisi kuantitas, jumlah santrinya mencapai 250 orang. Dimana waktu itu pesantren diasuh oleh KH Saifuddin Malik, putra pendiri pesantren. Tetapi setelah Kiai Saifuddin Malik wafat pada 1992, jumlah santri mulai menurun hingga tersisa sekitar 150 santri.Keberadaan santri terus berkurang pada saat masa kepemimpinan KH Khoirurrozi Mahfud, ayah dari Kiai Jawahir. Dimana pada masa kepemimpinannya, santri yang mukim berkisar hanya sekitar 100 orang saja. Keadaan ini semakin terpuruk ketika KH Khoirurrozi wafat pada tahun 1999.
Selama lebih dua tahun, pesantren kehilangan pemimpin panutan. “Waktu Abah saya meninggal, kebetulan saya masih mondok di Pesantren Lirboyo, Kediri, “ tutur putra kedua KH Khoirurrozi tersebut.?
Kiai Jawahir sendiri resmi menjadi pengasuh sejak tahun 2001. Sejak saat itu, keberadaan pesantren kembali mulai berkembang. Sedikit demi sedikit santrinya sudah mulai bertambah.
Prioritaskan Perkembangan Pendidikan Formal
Di bidang pengembangan lembaga pendidikan, pendiri Pondok Pesantren Al-Hidayah KH Mahfud Suriah mendirikan MI Miftahul Ulum pada tahun 1959. Kemudian ketika diasuh KH Saifuddin Malik, pesantren ini mendirikan MTs Miftahul Ulum pada tahun 1979. Dilanjutkan dengan mendirikan RA Miftahul Ulum pada tahun 1990.
Pada masa kepemimpinan KH. Saifuddin Malik pula didirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Miftahul Ulum. “Sebenarnya pada tahun 1990 sudah berdiri MA. Namun kemudian ditutup karena masalah manajemen. Lalu sempat didirikan lagi pada tahun 2008, namun lagi-lagi tutup dengan alasan yang sama,” ungkap Kiai Jawahir.
Pelajaran yang diberikan di pondok pesantren ini meliputi pendidikan saraf, nahwu, baca kitab kuning dan lainnya. Tidak hanya itu, dalam waktu senggang para santri diwajibkan membaca Al-Qur’an. Pendidikan umum juga diberikan kepada para santri.
“Sama seperti pondok pesantren pada umumnya. Cuma yang disini ini tidak hanya mengkhususkan ilmu agama saja. Seperti sebelum dan sesudah salat Subuh santri diharuskan membaca Al-Qur’an. Tujuannya, semata-mata agar supaya para santri selalu ingat dan selalu menjaga akhlak,” tegasnya.
Selain santri dari dalam lingkungan pondok pesantren, lembaga pendidikan formal di Pondok Pesantren Al-Hidayah juga menerima siswa dari luar. Ke depan, Kiai Jawahir berencana mendirikan lembaga pendidikan setingkat SMA. Tetapi belum dipastikan bentuknya seperti apa. “Tentunya semua tergantung dari animo masyarakat. Nanti bentuknya bisa berupa SMK, SMA atau MA,” tukasnya.
Kembangkan IT Untuk Masyarakat
Selain SMA, Kiai Jawahir menginginkan adanya pengembangan pendidikan di bidang informasi teknologi (IT). Dalam jangka pendek, pengembangan IT tersebut akan segera diwujudkan. Hal ini, bertujuan untuk memberikan sarana informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan peserta didik.
Selama ini menurutnya, penggunaan IT di kalangan masyarakat masih sering disalahgunakan. Terutama untuk mengakses konten negatif. Seharusnya, pendidikan IT lebih menonjolkan konten edukatif kepada masyarakat.
“Oleh karenanya, kami berkeinginan untuk memberikan akses informasi dengan tujuan untuk memperbaiki penyalahgunaan tersebut,” tutur alumnus fakultas Tarbiyah tersebut.
Menurut Kiai Jawahir, jika masyarakat melek IT, hal itu akan memudahkan ulama untuk berdakwah. Meski yang dilakukan tersebut tidak menggunakan cara yang konvensional. “Tapi dakwah secara tradisional juga harus terus dilakukan dan dipertahankan,” pungkasnya. (Syamsul Akbar)
Foto: Aktivitas class meeting yang dilakukan santri menjelang liburan semester di Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa Kalikajar Kulon Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo.
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Tegal, Hikmah, AlaNu At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar