Bahkan lebih jauh daripada itu, mereka adalah termasuk salah satu kaum yang mempunyai peradaban maju di bidang pertanian dan arsitektur. Mereka membangun pemukiman dengan memahat bukit-bukit batu dan mendesainnya dengan arsitektur yang Indah. Mereka juga termasuk umat yang pertama kali menyembah Berhala setelah masa terjadinya banjir dahsyat pada masa Nabi Nuh, akan tetapi kaum ini telah Allah azab dengan mengirimkan mendung dan angin yang menyiksa mereka selama 8 hari 7 malam, sehingga tak tersisa seorangpun dari Kaum Ad melainkan sirnah. Hal ini dikarenakan pengingkaran dan pembangkangan mereka kepada ajakan Nabi Hud untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka.
Meziarahi Makam Nabi Hud bersama Habib Umar Bin Hafidz (Sumber Gambar : Nu Online) |
Meziarahi Makam Nabi Hud bersama Habib Umar Bin Hafidz
Nabi Hud tinggal di sebuah Lembah antara Yaman dan Oman. Beliau wafat dan dimakamkan di tempat tersebut, tepatnya adalah Syib Hud yaitu Lembah kecil yang dinisbatkan kepada beliau.At Tijani Indonesia
Ibnu Hisyam pernah menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman bahkan Dzul Qarnain pernah menziarahi Nabi Hud. Bahkan di area pemakaman Nabi Hud terdapat sebuah papan informasi yang bertuliskan bahwa kegiatan ziarah Nabi Hud telah ada sejak 4000 tahun silam, dan kegiatan ziarah dilakukan sepanjang hari dalam satu tahun. Akan tetapi pada zaman dahulu puncak ziarah terjadi pada musim panen kurma, di mana pada masa jahiliyah ada sebuah pasar yang terkenal di Kompleks Pemakaman Nabi Hud tepatnya di Lembah Adam. Setiap musim panen kurma tiba mereka menuju pasar tersebut untuk berniaga sekaligus berziarah ke Nabi Hud.Ziarah umum ini berlangsung setiap masa panen kurma, hingga akhirnya pada abad ke-10 Hijriyah Syeikh Abu Bakar Bin Salim membuat tradisi baru Ziarah Agung pada bulan Syaban dan inilah yang berlangsung sampai sekarang.
At Tijani Indonesia
Al-Hamdulillah pada hari Kamis 10 Syaban 1436 H/29 Mei 2015 saya dan ratusan Pelajar Indonesia yang belajar di Yaman mendapat kesempatan untuk berziarah ke Makam Nabi Hud yang jaraknya hanya 1,5 jam dari Kota Tarim dengan mengendarai Mobil Pribadi atau Sewaan.Kami berangkat sekitar jam 4 pagi dari Kota Tarim, kemudian tepat pada pukul 4.30 kami melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di Kota Inat. Selepas Shalat Shubuh kami lanjut berziarah ke Makam Syeikh Abu Bakar Bin Salim yang berada di area tersebut.
Kemudian kami lanjutkan perjalanan menuju Lembah Hud. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan Jalanan yang membelah Padang Pasir dengan Bukit-Bukit Batu berdiri teguh memandang kami sepanjang jalan. Tepat pada pukul 6 pagi, kami dan rombongan tiba di Area Pemakaman Nabi Hud. Sembari menunggu kedatangan Rombongan ziarah yang dipimpin oleh Habib Umar Bin Hafidz, salah satu cucu dan penerus Syeikh Abu Bakar Bin Salim, kami sempatkan berkeliling sebentar di area makam sembari sarapan dengan sepotong roti dan segelas Juz Mangga.
Di kompleks Makam Nabi Hud terdapat pasar yang menyediakan makanan dan cendera mata khas Hadramaut. Hal ini mengingatkan kami pada kompleks pemakaman Wali Songo yang ada di Pulau Jawa, hanya saja di sini tidak ditemukan seorang pengemis pun begitu juga wanita.
Sebelum sampai pada area makam Nabi Hud saya sempat berbincang dengan seorang warga Tarim yang turut hadir dalam acara Ziarah tersebut, yaitu Ahmad Al-Aydrus. Beliau menuturkan, "Seperiga dari peziarah pada umumnya adalah orang Indonesia, hanya saja karena ada evakuasi jadi pada kesempatan kali ini para peziarah Indonesia yang mayoritasnya adalah pelajar tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, uniknya perumahan yang ada di Area Pemakaman Nabi Hud ini tidak berpenghuni melainkan menjelang Masa Ziarah Agung saja. Termasuk di sini tak ada seorang wanita pun yang akan engkau temui," pungkas beliau.
Setelah sarapan pagi, kami diarahkan oleh Pimpinan Ziarah dari Rombongan kami menuju Sungai Al-Hafif, sebuah sungai yang terletak di Lembah Hud. Di situ kami lihat banyak peziarah yang berenang, dari yang dewasa hingg anak-anak. Saat itu kami hanya diperkenankan wudhu saja karena waktu kedatangan Habib Umar Bin Hafidz sudah dekat.
Selepas berwudhu di Sungai Al-Hafif, kami menuju ke tempat shalat yang letaknya pas berada di pinggir sungai tersebut untuk melaksanakan shalat Dhuha. Tak lama berselang setelah melaksanakan shalat Dhuha dan dzikir yang ringan, tiba-tiba kami mendengar lantunan qosidah dalam sebuah arak-arakan di bawah 3 bendera yang bertuliskan Kalimat Syahadat. Ternyata kirab tersebut tersebut adalah rombongan Habib Umar bin Hafidz.
Ribuan orang terhanyut dalam rombongan tersebut. Ketika sampai di tempat shalat, Habib Umar shalat sebentar kemudian memimpin pembacaan Yasin dan Tahlil yang tak jauh berbeda dengan kebiasaan peziarah yang ada di Indonesia.
Setelah membaca Yasin, Tahlil dan doa, kini rombongan bergerak menuju Makam Nabi Hud yang hanya berjarak 300 m dari sungai. Selama dalam perjalanan, rombongan mengumandangkan kalimat tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Sebelum sampai ke Makam, rombongan berhenti sejenak di depan sumur Taslumah yang tepat berada di tengah-tengah antara sungai dan makam. Dengan dipimpin Habib Umar, rombongan melantunkan salam kepada para nabi dan malaikat, kemudian dilanjutkan menapaki jalan dan lereng bukit tempat pemakaman Nabi Hud.
Sesampainya di Makam Nabi Hud, kembali dipimpin oleh Habib Umar, rombongan mengumandangkan salam kepada para nabi dan malaikat. Kemudian dilanjutkan pembacaan Yasin, Tahlil dan Doa. Selepas itu dilaksanakan pula pembacaan maulid dan qasidah yang berakhir sekitar pukul 11.00 siang. Akan tetapi acara ziarah masih terus berlanjut seiring silih berganti datangnya para rombongan peziarah dari dalam dan luar negri.
Pengirim: Imam Abdullah El-Rashied
Ditulis di Tarim, Kamis 10 Syaban 1436 H/29 Mei 2015.
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Internasional At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar