Ada kesamaaan pola pikir, yaitu pola pikir spirit toleransi dan akulturasi. Islam sangat menghargai budaya setempat sepanjang budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam.
Tiga Masjid Ini Miliki Arsitek Hasil Akulturasi Budaya Lokal (Sumber Gambar : Nu Online) |
Tiga Masjid Ini Miliki Arsitek Hasil Akulturasi Budaya Lokal
Demikian disampaikan A. Ginanjar Syaban dalam kajian bertema Akulturasi Budaya pada Masjid-Masjid : Kudus (Jawa), Malibar (India), dan Istanbul (Turki) Abad ke-16 M di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC) Ciputat Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (28/10).Direktur INC itu menjelaskan, arsitektur Masjid Sultan Ahmad di Istanbul terinspirasi dari arsitektur gereja Hagia Sophia.
"Ini (Masjid Sultan Ahmad) menjadi mahakarya arsitektur Islam Usmani pada zamnnya," ujarnya.
At Tijani Indonesia
Sesaat setelah menaklukkan Istanbul, Sultan Muhammad Al Fatih mencari Gereja Hagia Sophia. Sultan beranggapan bahwa arsitek bangunan gereja sangat luar biasa karena sangat indah dan belum pernah terkalahkan. Sang sultan tidak merubah bentuk gereja tersebut. Hanya menambahkan empat menara.At Tijani Indonesia
"Kira-kira ada yang berani nggak bilang ini masjid bidah. Nggak ada, inilah semangat akulturasi kebudayaan," ungkapnya."Ulama-ulama Usmani ingin menegaskan bahwa Islam datang bukan ingin membangun spirit yang asing," lanjutnya.
Sedangkan di India, lanjut Ginanjar, ada juga masjid di Malibar yang dibangun oleh Syekh Zainuddin Malibari, ulama yang juga mengarang kitab Fathul Muin.
"Ini (Masjid Malibar) juga menunjukkan akulturasi budaya. Unsur budaya di India dipakai, tidak langsung dibuang atau dimusuhi. Melainkan dihormati dan disempurnakan," terang Dosen Filologi Universits Padjajaran itu.
Semangat akulturasi budaya tersebut juga tampak pada salah satu masjid di Nusantara, tepatnya di Kudus, Jawa Tengah. Masjid Kudus atau Masjid Al Aqsa dibangun oleh Imam Jafar Shidiq atau yang dikenal dengan Sunan Kudus. Masjid ini ebagai simbol semangat akulturasi budaya antara Islam dan lokal atau Hindu.
"Jadi kalau kita memandang Masjid Kudus, aneh gitu kan, kenapa? ini masjidnya kayak masjid ahli bidah. Arsitekturnya kok seperti Pura," kata Ginanjar
Ginanjar menerangkan, Sunan Kudus ingin membangun sebuah tempat ibadah bagi umat Islam yang bangunannya tidak asing dengan masyarakat setempat saat pertama kali membangun masjid tersebut. Maka dibangunlah masjid dengan arsitek menyerupai Pura.
Bedanya, imbuh Gainnjar, kalau di Istanbul coraknya sama. Ada identitas Turki di sana karena itu dipatenkan sebagai budaya Turki Usmani. Di Indonesia tidak dipatenkan sehingga bentuk akulturasinya lebih dinamis.
"Ini bukan mengajari pluralisme agama, tapi hendak mengkaji bagaimana kebijakan beberapa ulama dunia Islam waktu itu tentang akulturasi budaya," tutup penulis Mahakarya Islam Nusantara itu. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Budaya At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar