“Jangan… Jangan tanya namanya. Akan aku coba atasi sendiri supaya masalah ini tidak didengar banyak orang,”? kata Mbah Ngis kepada Pak Udin.
Cara Mbah Ngis Buat Pencuri Menangis (Sumber Gambar : Nu Online) |
Cara Mbah Ngis Buat Pencuri Menangis
“Kalau saya tahu namanya kan saya bisa menasihatinya di kelas saat memberikan pelajaran, Bu,”, kata Pak Udin pada Mbah Ngis untuk meyakinkan bahwa Pak Udin bisa membantu karena ia adalah? guru di sekolah itu.“Nah, itu yang aku khawatirkan,” kata Mbah Ngis.
At Tijani Indonesia
At Tijani Indonesia
Mbah Ngis kemudian menceritakan bahwa sebenarnya beliau bisa menangkap basah anak itu cukup dengan menahan tangannya ketika mengambil barang. Memang wajahnya tidak tampak karena bersembunyi di balik teman-temannya yang berjubel di saat istirahat sekolah. Tetapi Mbah Ngis memilih diam dan pura-pura tidak tahu.“Mengapa tidak langsung ditangkap saja bu... dan kemudian dinasihati baik-baik supaya kapok?” tanya Pak Udin pada Mbah Ngis.
Mbah Ngis menjawab bahwa semula beliau pernah berpikir seperti itu. Tapi selalu beliau urungkan karena membayangkan betapa malunya anak itu kalau ditangkap basah di depan teman-teman sendiri. Mbah Ngis justru merasa kasihan sama anak itu. Apalagi menurut Mbah Ngis, ini juga menyangkut nama baik kedua orang tuanya.
“Hahaha,” tawa Pak Udin lirih.? “Gimana sih, Bu? Ibu kasihan sama dia, sedangkan dia tidak kasihan sama kita,” tanya Pak Udin pada Mbah Ngis, setengah memprotes.
Mbah Ngis menjawab bahwa usul putranya itu cukup bagus, tetapi masih ada cara yang lebih bagus dan lebih bijak. Cara itu adalah menasihatinya pada saat dia jajan sendirian sehingga tidak ada orang tahu. Bagaimanapun menurut Mbah Ngis, tidak baik mempermalukan anak di depan orang banyak.
“Tapi maksud Ibu kan baik?!” Kata Pak Udin berargumentasi.
Namun, argumen tersebut tampak patah begitu saja oleh jawaban Mbah Ngis bahwa justru karena Mbah Ngis punya maksud baik, maka caranya pun juga harus baik. Mbah Ngis sekali lagi mengatakan akan menasihati anak itu ketika sepi tak ada orang lain. Mbah Ngis berharap akan dipertemukan Allah SWT dengan anak itu ketika tak ada orang lain selain dia dan Mbah Ngis.
Harapan Mbah Ngis akhirnya terkabul. Suatu hari di siang yang sepi anak itu jajan sendirian di warung Mba Ngis. Ketika transaksi sudah selesai, Mbah Ngis meminta waktu untuk berbicara. Mbah Ngis mengatakan bahwa Mbah Ngis cukup tahu semua ketidakjujuran anak itu selama ini dengan sebelumnya meminta maaf karena mengganggu waktunya. Anak tersebut mencoba menyangkal dengan pura-pura tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Mbah Ngis.
“Masak kamu tidak tahu?” Tanya Mbah Ngis dengan tatapan mata agak tajam. “Apa aku harus mengungkapkan semuanya?”
Anak itu terdiam agak lama. Sejurus kemudian ia mengatakan bahwa ia paham dengan apa yang dimaksudkan Mbah Ngis. Tak lama setelah itu, ia menundukan kepala. Ia tidak mengira sama sekali kalau selama ini ternyata Mbah Ngis menyimak dan tahu semua masalah ketidakjujurannya. Anak itu akhirnya menangis di depan Mbah Ngis dan berjanji tidak akan mengulangi.
“Ya wis... sing wis ya wis... Ojo dibaleni maneh. Tak dongakke kowe dadi bocah sing becik lan sukses tembe mburune” (Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Jangan diulangi lagi. Saya doakan kamu jadi anak yang baik dan sukses di kemudian hari),” kata Mbah Ngis sambil menenangkannya dan meminta agar ia mengusap air matanya.
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Nahdlatul Ulama UNU) Surakarta
=====
At Tijani Indonesia mengajak kepada pembaca semua untuk berbagi kisah inspiratif penuh hikmah baik tentang cerita nyata diri sendiri atau pengalaman orang lain. Silakan kirim ke email: redaksi@nu.or.id
Dari Nu Online: nu.or.id
At Tijani Indonesia Tegal, Sholawat, Kajian Sunnah At Tijani Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar