Mempertahankan Capaian Ramadhan Lebih Sulit Dibanding Meraihnya

Posting Komentar
Jember, At Tijani Indonesia. Mempertahankan sesuatu yang telah dicapai lebih sulit dibanding meraihnya. Sebab, godaan dan tantangannya lebih berat dalam kondisi mempertahankan. Apalagi dalam soal capaian di bulan Ramadhan.?

Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Cabang Lembaga Takmir Masjid (PC LTM) NU Jember, H.A. Fauzi saat memberikan taushiyahnya dalam acara halal bihalal keluarga besar LTMNU dan takmir masjid Jember barat di masjid jami Darul Muttaqien, Tanggul, Jember, Jawa Timur, Rabu (13/7).?

Mempertahankan Capaian Ramadhan Lebih Sulit Dibanding Meraihnya (Sumber Gambar : Nu Online)
Mempertahankan Capaian Ramadhan Lebih Sulit Dibanding Meraihnya (Sumber Gambar : Nu Online)

Mempertahankan Capaian Ramadhan Lebih Sulit Dibanding Meraihnya

Menurutnya, dalam melaksanakan puasa Ramadhan, terasa lebih ringan untuk memerangi hawa nafsu dan menahan perilaku tak terpuji. Itu karena dilaksanakan serentak dan bersama-sama dengan orang lain. Tapi setelah lebaran, "kebersamaan" itu tak ada lagi, sehingga tergantung kepada masing-masing individu untuk mempertahankan nilai-nilai ketaqwaan yang telah dicapai selama Ramadhan.?

"Makanya saya katakan lebih berat sekarang (setelah lebaran). Tapi memang kita harus berusaha untuk menjaga dan mempertahankan apa yang sudah kita capai di bulan Ramadhan," jelasnya.

At Tijani Indonesia

H. Fauzi lantas mengurai sekian sukses yang harus dipertahankan kedepan sebagai output puasa Ramadhan. Di antaranya, kedermawanan, pengendalian emosi, budaya maaf dan penebaran nilai-nilai kebajikan. Tiga yang disebut terakhir sesungguhnya tidak butuh modal (materi).?

Mengendalikan emosi, katanya, tidak memerlukan dana, hanya perlu kelapangan hati. Kelapangan hati bukanlah produk instan, tapi hasil latihan terus menerus yang ditopang oleh semangat ketaatan terhadap perintah Allah.?

"Banyak persoalan besar dalam kita bertetangga, pemicunya karena kita gampang emosi. Emosi bisa jadi percikan api yang dapat menghanguskan segalanya. Makanya, jangan cepat marah dalam menyikapi sesuatu," tukasnya.

Demikian juga budaya maaf, harus tetap tertanam pasca lebaran. Tidak hanya saat lebaran. Dalam pandangan Ketua Takmir Masjid Jami Darul Muttaqien itu, sesungguhnya minta dan memberi maaf tidak sulit. Hanya butuh kebesaran jiwa. Meminta dan memberi maaf sama-sma mulia. Namun secara psikologis, posisi orang yang memberi maaf, butuh dorongan spirit yang lebih. Sebab, orang yang dimintai maaf, biasanya posisinya menang. Dalam posisi tersebut, sikap arogan terkadang muncul.?

At Tijani Indonesia

"Tapi apapun itu, memnita maaf dan mamberi maaf adalah sikap yang sangat terpuji. Dendam kesumat tak perlu dipelihara, sebab hanya membawa malapetaka," jelasnya.

Sedangkan kedermawanan mempunyai fungsi sosial yang sangat dahsyat. Fauzi menilai, alangkah indahnya jika budaya sedekah yang lumrah terjadi di bulan Ramadhan berlanjut di luar bulan Ramadhan. "Kepedulian sosial inilah yang sesungguhnya menjadi ruh diklat puasa Ramadhan," ungkapnya. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Hikmah At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar