Cerita Lengkap Gus Dur, Nkri, Nu Dan Keluarganya

Posting Komentar
Berbicara tentang Gus Dur tidak akan pernah ada habisnya. Ibarat mata air, ia tak pernah mengering, meskipun jasadnya kini telah tiada. Berbicara Gus Dur, maka tidak akan pernah lepas dari peranannya sebagai negarawan, budayawan, agamawan dan sosok panutan, baik bagi keluarga maupun warga nahdliyin.

Topik tentang Gus Dur inilah yang menjadikan acara pengajian selapanan GP Ansor-Fatayat NU, Sabtu (11/1) malam di Masjid Agung Sleman Yogyakarta cukup menarik dan sarat dengan hikmah.

Pada pengajian tersebut, KH. Marzuki Mustamar, Ketua NU Malang menyampaikan, bahwa prioritas Gus Dur dalam berkhidmah semasa hidupnya adalah untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Nahdlatul Ulama (NU), baru kemudian untuk keluarga.

Kenapa demikian? Kenapa keluarga malah menjadi urutan paling belakang? Dalam kesempatan itu, KH Marzuki Mustamar menyampaikan beberapa hal sebagai berikut ;

Pertama, menjaga keutuhan NKRI adalah menjaga kerukunan antar umat beragama di nusantara dan di seluruh dunia. Jika dipaksakan untuk menerapkan khilafah islamiyyah, maka NKRI akan terancam bahaya disintegrasi yang akan sulit disatukan kembali. Akan terjadi konflik berkepanjangan yang tak akan selesai.

Gus Dur sangat memahami bahwa konsep negara bangsa adalah konsep bernegara yang paling tepat untuk Indonesia. Jika Indonesia dipaksakan agar menjadi negara Islam, yang mayoritas penduduknya ada di Jawa, maka bukan tidak mungkin pulau-pulau lain di luar Jawa yang Islamnya minoritas akan memberontak. Akan memerdekakan diri. Akan terjadi perang suadara yang tak berkesudahan. Akan terjadi kekacauan keamanan di mana-mana. Akan terjadi gangguan stabilitas perekonomian dan lain sebagainya.

Saudara-saudara kita yang muslim yang berada di luar pulau Jawa namun minoritas, selama masih dalam bingkai NKRI mereka tetap terlindungi hak-haknya. Demikian juga agama-agama lainnya yang ada di pulau jawa, meskipun minoritas, mereka terjamin dan terlindungi untuk menjalankan keyakinannya.  Kondisi ini sangat berbeda dengan saudara-saudara muslim kita di Negara Timor Leste yang di tahun 1997, penduduk muslimnya lebih dari 13.000 maka sekarang tinggal 700 an orang. TNI, Polri, dan aparatur lainnya di negara Indonesia tidak mungkin lagi memperhatikan mereka, karena mereka bukan bagian lagi dari NKRI.

Maka, sikap Gus Dur sama dengan sikap NU: NKRI harga mati.

Kedua, Nahdlatul Ulama yang saat ini banyak amaliyahnya di-bid’ah-bid’ah-kan oleh kelompok minoritas Islam adalah jam’iyyah ‘ala ahli sunnah wal jama’ah yang memiliki dasar-dasar yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Gus Dur meyakini bahwa ajaran-ajaran keislaman yang dilakukan oleh NU sampai saat ini sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Seperti halnya, tradisi tahlilan, ziarah kubur, mendoakan mayit sampai hari ke tujuh, dan lain sebagainya memiliki landasan dalil yang kuat. Bisa dilihat di Ahkamu Tamannil Maut halaman 74, Alhawi Lilfatawa Halaman 178 dan  Sanad Muslim halaman 2894, dan seterusnya.

Bagi Gus Dur, NU secara konsisten setia mendukung keutuhan NKRI. NU telah tebukti tidak membahayakan negara. NU juga juga tidak terancam oleh keberadaan negara yang tidak memformalisasikan syariat islam. Justeru sebaliknya, negara menjamin bagi setiap warga negaranya untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

Adapun khidmah pada keluarga, Gus Dur menempatkannya di urutan yang ketiga. Gus Dur beranggapan, jika hidupku hanya ngurusi keluarga, maka kelak ketika aku mati hanya anak-anakku saja yang akan mendoakanku. Karena baktiku hanya untuk keluarga. Gus Dur sangat menikmati betul dalam berkhidmahnya kepada NKRI dan NU. Cintanya kepada bangsa dan umat manusia melebihi segalanya. Segala sesuatunya tak pernah dibikin repot.

Nah, sekarang kita bisa melihat, berapa ribu, bahkan jutaan orang yang mendoakan Gus Dur. Bukan hanya warga nahdliyin, tetapi juga orang-orang dari agama lain. Bukan hanya mereka yang berpandangan politik yang sama saja, tetapi juga mereka yang pernah berlawanan politik pun menaruh hormat dan mendoakan kala beliau wafat. Dengan menomorsatukan NKRI dan NU dalam berkhidmah maka secara tidak langsung akan menjadikan panutan bagi anak-anak dan ummatnya. Dan ini menjadi jariyah sepanjang masa baginya. lahul fatihah….

ABDUL LATIF, Warga NU, tinggal di Ganjuran Caturharjo Sleman, Yogyakarta

Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/49497/gus-dur-nkri-nu-dan-keluarganya

Related Posts

Posting Komentar