Siapa Dr Zakir Naik? dan Bagaimana Ajarannya?

Posting Komentar
Dr. Zakir Abdul Karim Naik atau lebih dikenal dengan nama Zakir Naik lahir di India pada 18 Oktober 1965. Disebutkan dalam berbagai literatur, ia penah kuliah kedokteran di Mumbai, India. Para pengagumnya menyebut ia sebagai sosok “ulama” terlibat dalam dakwah Islam dan perbandingan agama. Bisa dikatakan Zakir Naik ini besar melalui Internet, seperti website dan video Youtube yang sengaja disebarluaskan di Indonesia.

Sebutan “ulama” yang disandang Zakir Naik tentu dipertanyakan. Karena darimana ia belajar ilmu agama Islam pun tidak jelas. Tidak pernah disebutkan siapa gurunya, sama seperti sosok Al Ustadz Ahmad Sukina, pemimpin Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Solo.
Siapa Dr Zakir Naik? dan Bagaimana Ajarannya?
Siapa Dr Zakir Naik? dan Bagaimana Ajarannya?

Tidak akan anda temukan darimana ia belajar agama meski dalam website resminya seperti IRF. Tidak diketahui darimana ia belajar agama. Yang ada, klaim Zakir Naik yang menyebut dirinyya sebagai murid Syaikh Ahmad Deedat.

Belum lagi bacaan Qurannya yang tidak beraturan. Siapa yang mengajarinya Al-Qur’an juga tidak jelas karena aksen Arab dan Qur’annya benar-benar sudah keluar dari makhraj, tidak bagus, dan tidak memenuhi kaidah ilmu Tajwid. Dimana dan dengan ulama siapa Zakir Naik belajar Tafsir, Hadits, Fiqih, Syariah, bahasa Arab, dan lain sebagainya juga tidak pernah diketahui.

Tiba-tiba sosok ini muncul bak seorang ulama besar yang faham betul tentang Islam, memahami tafsir, memahami hadits, memahami syariat, dan lain sebagainya. (Download ebook PDF Dr Zakir Naik, A Brief Profile dari IRF.net)

Dalam pidatonya, Zakir Naik mengatakan bahwa dirinya adalah sarjana perbandingan agama, tapi faktanya ia seringkali mengeluarkan “fatwa” perihal masalah agama Islam yang bukan bidangnya. Ia pun tidak ragu-ragu menyalahkan ulama sekelas Imam Madzhab Fiqih dan Hadits. Dikatakan Zakir Naik bahwa para Imam Fiqih dan Hadits itu tidak memiliki informasi (ilmu) yang lengkap saat mereka (para Imam Fiqih dan Hadits) memberikan atau mengeluarkan hukum-hukum Islam. Bahkan Zakir Naik menyatakan bahwa menerima dan mengikuti para Imam tersebut sebagai guru dalam Islam dapat merusak Islam itu sendiri. Hal ini diungkapkan Zakir Naik saat ia diwawancarai seputar masalah Taqlid. Innalillahi, orang yang tidak jelas darimana belajarnya seperti Zakir Naik, begitu mudahnya menyalahkan ulama sekelas Imam Madzhab.

Dikatakan Zakir Naik terpengaruh oleh Syaikh Ahmad Deedat rahimahullah saat ia belajar ilmu kedokteran. Syaikh Ahmad Deedat sendiri adalah seorang ulama sufi ahlussunnah wal jamaah dari Afrika Selatan (1918-2005) yang konsen di bidang perbandingan agama. Dari sini menunjukan bahwa Zakir Naik mulai membaca dan mengkaji buku-buku agama Islam saat ia berusia sekitar 22 tahun atau saat kuliah di Kedokteran sekitar tahun 1987.

Hebatnya, hanya dalam waktu 3 tahun (1987-1990) setelah membaca buku pelajaran agama Islam secara otodidak, dan ini termasuk aktivitasnya sebagai mahasiswa kedokteran dengan kegiatannya yang padat seperti mempelajari buku-buku kedokteran, ujian, kepaniteraan klinik, dll, ia telah mempelajari segala sesuatu tentang Islam dan mendirikan Islamic Research Foundation (IRF) pada Februari 1991 dan mulai berdakwah secara penuh. Sungguh aneh bin ajaib, cukup berbekal belajar buku pelajaran agama Islam dalam 3 tahun sambil kuliah kedokteran yang begitu sibuknya, tiba-tiba keluar sebagai “ulama”, bahkan menyalahkan para ulama Imam ahlussunnah wal jamaah.

Lebih aneh lagi, dalam pidatonya, Zakir Naik mengatakan dirinya telah mulai berdakwah sebelum IRF didirikan. Hal ini menunjukan Zakir Naik mempunyai kemampuan luar biasa dalam menghafal. Membaca buku pelajaran Islam tidak untuk dipahami, tetapi hanya sekedar sebagai memori (dihafal). Semakin tajam memori seseorang maka umumnya semakin cerdas, layaknya sebuah kamus yang menyimpan banyak memori. Sama halnya dengan orang yang akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Dan dengan sedikit polesan kemahiran berorasi maka jadilah tampak perdebatan yang menghebohkan. Alhasil banyak penonton yang terpukau.

Meski begitu Zakir Naik sering mengaku sebagai murid Syaikh Ahmad Deedat. Benarkah? Tentu saja ini tidak benar. Bagaimana mungkin seorang murid menyebut gurunya sendiri secara tak langsung sebagai orang yang syirik dan kafir. Lihatlah bagaimana Zakir Naik mengatakan memperingati Maulid Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam adalah perbuatan syirik dan ia menyamakan perbuatan tersebut dengan Festival Hindu dan Kristen (festival orang-orang kafir). Maulid Nabi dikatakan Haram, dan lain sebagainya. Na’udzubillah. Padahal Syaikh Ahmad Deedat yang ia klaim sebagai gurunya adalah pecinta maulid Nabi.

Syaikh Ahmad Deedat berkata,

“Ada jutaan muslim termasuk saya, dan saya tidak keberatan merayakan hari-hari yang baik seperti yang anda katakan (peringatan maulid nabi). Saya katakan itu OK. Dan saya tidak akan bersama anda, saya tidak setuju dengan anda, saya tidak ingin anda untuk mengubah (pendapat) saya”.

Kenapa? Karena Zakir Naik adalah penganut ajaran Salafi (Wahabi), yang begitu mudah menuduh syirik, bid’ah, kafir kepada umat Islam yang berbeda dengannya. Dalam Wikipedia berbahasa Inggris, Zakir Naik disebut sebagai dai Salafi (Wahabi) paling berpengaruh di India, bahkan dikatakan sebagai dai Salafi (Wahabi) paling terkemuka di dunia.

Tidak hanya itu, dalam halaman Wikipedia dituliskan agama Zakir Naik adalah Salafi Islam, kemudian diganti menjadi Sunni Islam, dan sekarang menjadi Islam saja tanpa embel-embel. Meski dirinya hakikatnya seorang Salafi tapi tidak sedikit orang-orang Salafi yang menyebutkan Zakir Naik adalah sesat dan menyesatkan.

Sebagai penganut ajaran Salafi (meski dirinya menolak Salafi), Zakir Naik beraqidah mujassimah tidak diragukan lagi. Ia menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makhlukNya yang merupakan bagian faham mujassimah

Dikatakan Zakir Naik bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki dua tangan, dua mata, wajah, kaki, tulang kering, dan memiliki tubuh yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala duduk di atas langit, di atas kursi yang besar menghadap ke ‘Arsy. Inilah aqidah di luar ahlussunnah wal jamaah yang banyak dianut kaum Salafi (Wahabi) yang membedakan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja).

Sumber : http://www.elhooda.net/2016/04/dr-zakir-naik-siapa-dan-bagaimana-ajarannya/

Related Posts

Posting Komentar