Namun menurut Yenny, perbedaan-perbedaan tersebut luntur dan tidak menjadi persoalan lagi seiring dengan perkembangan zaman. Bahkan, kedua pengikut ormas tersebut sudah tidak mempermasalahkan lagi apakah Shalat Subuh memakai doa qunut atau tidak dan perdebatan apakah jumlah rakaat Shalat Terawih sebelas atau dua puluh tiga.
Cerita Yenny Wahid tentang NU dan Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online) |
Cerita Yenny Wahid tentang NU dan Muhammadiyah
“Lha mereka tidak Shalat Tarawih. Jadi, apa yang diperdebatkan,” kata Yenny disambut derai tawa peserta saat ia menjadi narasumber dalam acara diskusi publik dengan tema Merawat Pemikiran Guru-guru Bangsa yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina dan Nurcholish Madjid Society di Jakarta, Rabu (12) sore.Lebih jauh, Yenny menceritakan tingkah lucu Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi saat menghadiri acara di Denmark.
“Yang paling saya nikmati adalah interaksi antara NU yang dalam hal ini diwakili oleh KH Yahya Cholil Staquf dan Pak Mu’thi. Pak Mu’thi mengirimkan postingan di grup WA dengan kaos bertuliskan sudah berisitri jangan digoda kecuali mau jadi yang kedua,” katanya diikuti tawa peserta diskusi.
At Tijani Indonesia
“Langsung dibalas sama Pak Cholil Yahya Tsaquf. Postingan seseorang pakai kaos tulisannya rela dimadu asal kamu rela diracun,” lanjut Yenny kemudian disambut gelak tawa peserta.?Dari kejadian tersebut, ia menyimpulkan bahwa hubungan antara NU dan Muhammadiyah itu sudah cair dan tidak tegang lagi. “Ini menggambar betul NU dan Muhammadiyah ya seperti ini,” pungkasnya. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)
Dari Nu Online: nu.or.id
Posting Komentar
Posting Komentar