Banyak pihak yang ingin merusak NU dengan cara memisahkan antara jam’iyyah (organisasi) NU dengan jamaahnya. Tindakan tersebut mulai dari mengatakan haram tahlilan, istighatsah. Padahal kegiatan baik tersebut semuanya bersifat jamaah (kebersamaan).
“Nah, sekarang agenda besar kapitalisme, juga hampir sama, memisahkan jam’iyyah dengan jamaahnya,” tutur Wakil Sekjen PBNU H Ulil Hadrawi, pada pembukaan Rakernas 2017 Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) di Jakarta, Jumat (24/3).
Dipaparkan Ulil, indikasi dari hal tersebut dapat terlihat. Kini, teknologi yang semakin berkembang pesat, di mana pelbagai urusan dapat disederhanakan melalui media sebuah kotak kecil bernama smartphone.
Agenda Besar Kapitalisme, Pisahkan NU dengan Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online) |
Agenda Besar Kapitalisme, Pisahkan NU dengan Jamaah
Menurutnya, dengan segala fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan dari gadget, hendaknya kita tetap berhati-hati, sebab dapat pula menimbulkan adanya bahaya individualisme. “Pasar pun dapat masuk lebih mudah lewat individu,” ungkap Dosen UIN Syarif Hidayatullah tersebut.Ditambahkan Ulil, kekuatan NU sejatinya terletak pada guyub (kebersamaan). “Jamaah, kebersamaan ini menjadi kekuatan NU. Kalau NU sudah guyub, mana akan susah dicerai-berai,” tegasnya.
At Tijani Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengajak para peserta Rakernas untuk kembali mengingat dua tugas penting yang dimiliki LTN. “Pertama, menyebar informasi seluas-luasnya. Kedua, membuka diri melalui jejaring media Nahdiyah,” kata dia.Peraih gelar doktor dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI) itu juga berharap LTNNU dapat ikut mengawal keaswajaan, termasuk di dunia maya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)
Dari Nu Online: nu.or.id
Posting Komentar
Posting Komentar