Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah

Posting Komentar
Bandung, At Tijani Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Agama RI menetapkan bahwa Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Ahad (5/10) ini. Namun demikian, perbedaan tak bisa dihindari. Seperti yang terjadi di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Warga Muhammadiyah setempat melaksanakan shalat Ied, Sabtu pagi (4/10).

Menurut Laido (50) salah satu warga Muhammadiyah, perbedaan hari raya Idul Adha adalah masalah khilafiyah saja. Pemahaman masalah agama, kata dia, tergantung dari masing-masing orang. Menurutnya, sikap seseorang dipengaruhi kedalaman ilmu yang dimilikinya.

Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah

Laido beranggapan, perbedaan itu gampang diucapkan, tapi susah dilaksanakan. Meskipum begitu ia tetap selalu berusaha untuk bisa menyikapi perbedaan dengan baik. “Hari ini adalah rahmat bagi umat Islam,” ungkap warga Cileunyi itu kepada At Tijani Indonesia sesaat sebelum melaksanakan jamaah shalat ied bersama-sama warga Muhammadiyah, di lapangan ASDP Dishub Jabar.

At Tijani Indonesia

Tentang warga NU yang saat itu belum merayakan Idul Adha, baginya mesti disikapi dengan toleran. “Jangankan dengan umat Islam sendiri, kita dengan agama-agama dunia juga menghormati. Jadi umat Islam tidak boleh antara saling menyalahkan, yang jelas saling mengisi. Itu no problem bagi kita,” tegas pria asal Permata Biru Cileunyi itu.

Senada dengan Laido, Kosran dalam kesempatan yang sama memandang perbedaan adalah rahmatullah. Sehingga ia dapat menyikapi baik kepada tetangganya yang NU dengan cara saling menghormati terhadap keyakinan masing-masing, karena memiliki dalil masing-masing yang kuat.

At Tijani Indonesia

“Harapan saya, ukhuwah tetap terjaga dan tidak mudah terbecah belah,” tutur pria usianya 42 tahun itu.

Berbeda dengan Herman yang pada saat itu memakai sarung, baju koko dan peci putih, ia tidak berpikir adanya perbedaan dalam momen Idul Adha ini. Herman mengikuti pendapat yang ia anggap pendapat terbaik.

Herman juga menilai toleransi itu harus ada. “Kita harus saling memahami, kita harus tahu masing-masing dan tidak saling mengganggu. “Kita tetap harus saling menjaga toleransi,” imbuhnya.

Sementara itu, H. Edi tokoh masyarakat di Cibiruhilir Cileunyi yang rumahnya tidak jauh dari tempat shalat ied warga Muhammadiyah mengatakan, “Seng arep lebaran saiki yo silahkan, seng arep lebaran sesok ya rapopo (Yang ingin idul Adha sekarang silahkan, yang ingin besok tidak apa-apa),” kata warga NU ini.

Masalah perpecahan itu dilakukan orang-orang yang tidak memahami Islam yang sebenarnya. “Jadi masalah Muhammadiyah, NU dan lainnya yang penting Islam,” ujarnya pria keturunan Banjarnegara itu.

Atas sikap toleransi warga Muhammadiyah di sekitarnya, ia merasa senang. Yang penting baginya tidak ada permusuhan, karena warga Muhammadiyah juga sesama saudara muslim.

H. Edi menambahkan, hubungan warga NU dan Muhammadiyah setempat selama ini tidak ada masalah. Karena pada hari-hari biasa warga shalat jumat jadi satu. “Hal-hal begitu yang penting kita bermasyarakat yang baik,” pungkasnya. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Nahdlatul, Doa, Santri At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar