Milal Bizawie: Karakter Islam Nusantara Tidak Homogen

Posting Komentar
Jakarta, NU Onilne. Islam Nusantara mempunyai karakter yang khas, yakni tidak homogen. Umat Islam mempraktikkan ajaran dalam bentuk yang berbeda-beda. Nilai-nilai Islam mewujud dalam bermacam-macam tradisi yang diamalkan dari waktu ke waktu.

“Jawa Tengah dan Jawa Timur saja berbeda. Apalagi sampai ke Kalimantan dan Sulawesi,” kata sejarawan pesantren Zainul Milal Bizawie dalam diskusi Islam Nusantara di kampus utama STAINU Jakarta di kawasan Matraman Jakarta Pusat, Jum’at (8/5). Diskusi rutin ini diikuti para dosen dan pimpinan STAINU Jakarta.

Milal Bizawie: Karakter Islam Nusantara Tidak Homogen (Sumber Gambar : Nu Online)
Milal Bizawie: Karakter Islam Nusantara Tidak Homogen (Sumber Gambar : Nu Online)

Milal Bizawie: Karakter Islam Nusantara Tidak Homogen

Menurutnya, tradisi keagamaan yang berbeda itu tidak perlu diseragamkan. “Kalau diseragamkan ya jadinya kayak Arab Saudi,” kata penulis buku “Laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad” serta “Syekh Mutamakkin” itu.

At Tijani Indonesia

STAINU Jakarta merupakan kampus yang pertama memelopori kajian Islam Nusantara. Dalam kesempatan itu, Milal mengingatkan, Islam Nusantara di STAINU bukan sekedar obyek penelitian. Sebaliknya, Islam Nusantara menjadi subyek atau semacam pisau analisa untuk mengamati dan menilai berbagai praktik keagamaan di luar.

Milal menambahkan, salah satu karakter Islam Nusantara dalam hal keilmuan seperti dipraktikkan di pesantren adalah prosesi pembaiatan. Ini berkaitan dengan sanad keilmuan dan pertanggungjawaban moral atas ilmu yang didapatkan.

At Tijani Indonesia

Selain itu, Islam Nusantara mengenal konsep berkah atau barokah, dalam pengertian hubungan guru dan murid tidak berlangsung secara intelektual, tetapi juga spiritual. “Barokah inilah yang sekarang dihilangkan dari dunia akademis,” ujarnya. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Pendidikan, Internasional At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar