Masa Taaruf Santri Asshiddiqiyah Way Kanan Tekankan Santri Aktif dalam Pembangunan

Posting Komentar
Way Kanan, At Tijani Indonesia. Pesantren Assiddiqiyah 11, Labuhan Jaya, Gunung Labuhan, Way Kanan, Lampung, Selasa (19/7) menggelar Masa Taaruf Santri (Mastasa). Ketua PC GP Ansor Way Kanan Gatot Arifianto yang diminta menyampaikan materi kemasyarakatan mengajak santri untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

"Kata masyarakat berasal dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Sakai sambayan dalam bahasa Lampung yang berarti gotong-royong merupakan contoh wujud interaksi, bertegur sapa antara orang-orang di dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai tersebut harus tetap ada," kata Gatot, di Gunung Labuhan.

Masa Taaruf Santri Asshiddiqiyah Way Kanan Tekankan Santri Aktif dalam Pembangunan (Sumber Gambar : Nu Online)
Masa Taaruf Santri Asshiddiqiyah Way Kanan Tekankan Santri Aktif dalam Pembangunan (Sumber Gambar : Nu Online)

Masa Taaruf Santri Asshiddiqiyah Way Kanan Tekankan Santri Aktif dalam Pembangunan

Mengajak berdiskusi, Ketua Bidang Media dan Publikasi DPP Sarbumusi NU itu mengajak 29 santri peserta mastasa untuk menyampaikan pengetahuan masing-masing mengenai masyarakat.

"Meski Ketua Ansor, ketika masuk pesantren saya adalah santri yang harus tunduk pada peraturan yang ada. Sederhananya, kita sama-sama belajar, saya bisa menjadi guru teman-teman, dan sebaliknya juga demikian. Kader NU harus terampil, silakan maju kedepan," ujarnya.

At Tijani Indonesia

Sejumlah santri menjawab masyarakat mempunyai peraturan atau tatanan masing-masing yang telah disepakati. Antara satu kampung dengan kampung lain ada perbedaan.

"Misalnya di pesantren ini, kita ada peraturan tidak membuang sampah sembarangan," kata Intan, santri pesantren asuhan Kiai Imam Sayuthi Murtadlo itu.

Aktivis Gusdurian itu selanjutnya mengajak santri bermain games membangun pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Para santri yang dibagi tiga kelompok diminta memperkirakan sendiri biaya dihabiskan untuk pembangunan, tercapai mufakat Rp15 juta.

Dana pembangunan sebagai gambaran partisipasi pembangunan dihasilkan dari sumbangan santri yang berperan sebagai anggota masyarakat. Peci, tas, dasi, kaus kaki, jam tangan, gelang dinominalkan dengan harga tertentu. Kelompok yang menghimpun dana mendekati kebutuhan pembangunan puskesmas dinyatakan sebagai pemenang.

Hasilnya, santri menyimpulkan masyarakat merupakan himpunan orang-orang yang tunduk pada peraturan berlaku yang ada, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, memiliki pemimpin. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan dicita-citakan bersama, perlu pengorbanan, keikhlasan, kerjasama, menghargai pendapat orang lain.

At Tijani Indonesia

"Hal tersebut berlaku pula bagi daerah dan negara. Saya hanya memfasilitasi teman-teman untuk tidak takut berpikir dan berpendapat, dan ternyata bisa. Insya Allah, teman-teman akan menjadi orang hebat," pungkas Gatot. (Disisi Saidi Fatah/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

At Tijani Indonesia Bahtsul Masail, IMNU At Tijani Indonesia

Related Posts

Posting Komentar